
Menag Minta Maaf Usai Ucapan soal Guru Viral: Tak Ada Niat Merendahkan
beritajawatengah.com – Menteri Agama, Nasaruddin Umar, hari ini menyampaikan permohonan maaf terbuka atas potongan video pernyataannya yang viral di media sosial, berisi kalimat “Kalau ingin cari uang jangan jadi guru, jadi pedaganglah.” Menag menjelaskan bahwa tidak ada niatan untuk merendahkan profesi guru—sebaliknya, justru ingin menegaskan kemuliaan profesi mereka sebagai pendidik bangsa.
Apa yang Terjadi dan Sebab Permintaan Maaf
Pernyataan kontroversial itu disampaikan Menag ketika membuka Pendidikan Profesi Guru (PPG) batch 3 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tujuan awalnya adalah menegaskan bahwa guru punya panggilan hidup, bukan sekadar rajin cari uang. Namun, potongan videonya malah memicu tafsir berbeda hingga menimbulkan rasa kesal di kalangan guru.
Menag menyatakan, “Saya menyadari bahwa potongan pernyataan itu menimbulkan tafsir yang kurang tepat dan melukai perasaan sebagian guru. Untuk itu, saya memohon maaf sebesar‑besarnya. Saya tidak bermaksud merendahkan profesi mulia ini.”
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa dirinya juga bagian dari profesi ini. “Puluhan tahun saya abdikan hidup saya untuk mengajar, membimbing, menulis, … karena itu saya paham betul bahwa di balik kemuliaan profesi, guru tetap manusia yang butuh kesejahteraan layak.”
Komitmen Pemerintah untuk Kesejahteraan dan Kualitas Guru
Pernyataan Menag ini tidak sekadar klarifikasi verbal. Ia juga menegaskan langkah konkret pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) untuk meningkatkan kesejahteraan guru:
-
Tahun ini 227.147 guru non-PNS menerima kenaikan tunjangan profesi dari Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta per bulan.
-
206.411 guru (madrasah dan pendidikan agama) mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), naik drastis dari 29.933 orang di tahun 2024—sebuah lonjakan lebih dari 700%.
-
Pemerintah juga telah mengangkat 52 ribu guru honorer menjadi PPPK, memantapkan status kerja mereka dan memperkuat stabilitas finansial.
Menurut Menag, ini adalah bentuk nyata perhatian negara terhadap peningkatan kapasitas pendidik sekaligus memenuhi hak kesejahteraan mereka.
Reaksi Publik dan Arti Profesi Guru dalam Rangka Kebangsaan
Pernyataan Menag yang viral ini memicu reaksi beragam: sebagian publik memahami bahwa niatnya adalah memuliakan guru, tapi potongan video dan framing media bikin pesan aslinya terdistorsi.
Reaksi keras datang dari para guru dan netizen—banyak menganggap komentar itu mereduksi profesi yang berkontribusi mendidik dan membentuk generasi bangsa.
Menag kemudian memperluas tanggapannya lewat pernyataan, “Guru bukan sekadar pekerjaan, tapi panggilan jiwa,” menegaskan bahwa guru harus dihargai dan tidak diremehkan.
Penutup – Maaf Itu Awal, Tindakan Nyata yang Diharapkan Guru
Permintaan maaf Menag adalah langkah penting buat meredam kegundahan publik dan para pendidik. Tapi langkah ini harus diikuti konsistensi kebijakan: kesejahteraan, pelatihan, dan penghargaan terhadap guru. Kalau tidak, maaf terasa hampa.
Mari dorong agar momentum ini tak berhenti di maaf verbal — tapi berlanjut menjadi kebijakan nyata yang menghormati dan memuliakan guru bangsa. Karena mendidik adalah pekerjaan mulia; negara wajib hadir mendukungnya.